Perbedaan Preskas, Referat, dan Jurding

Bagi kalian yang baru saja masuk didalam global koas, bisa saja kalian bertanya “Apa bedanya preskas, referat, dan jurding?” Well, didalam artikel ini kami akan membahas masing-masing disparitas berasal dari ketiga hal itu.

Sebelumnya, bagi kalian yang mendambakan paham stase yang tersedia kala koas, kalian sanggup membaca artikel bersama dengan cara mengklik link dibawah ini.

Bagi kalian yang nyasar melacak preskas atau referat eksklusif, atau yang tengah melacak berita berkaitan koas dan nyasar ke blog ini…. Well, I guess you can keep on reading if you want to.

Jurding, Preskas, dan Referat

Bagi kalian yang benar-benar ingin tahu apa bedanya preskas, referat, dan jurding, silahkan teruskan membaca.

Preskas, referat, dan jurding merupakan tugas yang akan sering kalian buat dalam dunia perkoasan.

Preskas dan referat merupakan dua tugas tersering yang bakal ada sedangkan jurding atau journal reading merupakan tugas yang tidak terlalu sering namun mulai populer untuk dijadikan tugas.

Kita akan mulai dengan tugas yang paling familiar dengan kita semua, bahkan bagi mereka yang belum masuk koas yaitu preskas.

Preskas adalah singkatan dari presentasi kasus. Sesuai dengan namanya, koas akan “mencari” pasien dan kemudian mengajukan kasus tersebut kepada perseptor atau penguji atau pembimbing untuk preskas tersebut.

Side note: pembimbing dari ketiga tugas ini dapat sama atau berbeda, tergantung kebijakan dari universitas dan juga stase tersebut.

Nah, dari sini, pembimbing akan dapat menyetujui kasus yang diajukan atau menolak kasus tersebut. Setelah ditolak, biasanya pembimbing akan menyuruh untuk mencari kasus lain atau mengajukan kasus yang sudah disiapkan oleh mereka.[embedyt] https://www.youtube.com/watch?v=lPFWZcsMBFY[/embedyt]

Kasus apa yang biasanya dipilih? Sangat tergantung dari pembimbing. Bagi kalian yang sudah melewati koas pasti tahu apa yang dimaksud. Namun, secara singkat, ada pembimbing yang suka dengan kasus-kasus sulit atau rumit, ada juga pembimbing yang sangat selow dan membiarkan muridnya mengambil kasus apapun, atau ada juga yang tidak dapat dicari dan dihubungi.

Setelah itu, biasanya koas yang telah mendapatkan kasus tersebut akan memfollow up pasien tersebut secara rutin.

Syukur kalau pasiennya pulang jauh sebelum deadline presentasi preskas. Tidak jarang kasus dimana pasiennya merupakan pasien long-term yang stay di ICU sehingga preskasnya bisa 100 halaman lebih.

Setelah itu, masuk ke tahap penulisan dari preskas tersebut. Preskas terdiri dari dua bagian yaitu presentasi kasus beserta follow-up nya dan diskusi kasus.

Kurang lebih mirip seperti case report dalam bentuk full paper, namun versi lengkapnya.

Disini, koas biasanya akan sangat senang “mem-spamming” preskas dengan berbagai teori dan mereka memiliki kepercayaan bahwa “semakin tebal, semakin baik”.

Little did they know that bahwa para perseptor seringkali tidak membaca preskas kalian.

Mereka seringkali hanya mendengarkan presentasi dari preskas tersebut. Tidak salah untuk memperbanyak preskas kalian, namun pastikan isi yang ada merupakan hal-hal penting yang berkaitan dengan preskas tersebut.

Bagaimana preskas dinilai?

Well, tergantung dari presentasi mostly. Beberapa perseptor peduli dengan seberapa “rajin” atau “niat” Anda dalam berkonsultasi, aktif dalam bertanya, dan sebagainya.

Jangan pernah konsultasi dengan waktu mepet karena mereka juga memiliki jadwal yang sibuk. Berkonsultasi berdekatan dengan waktu maju sama saja mengatakan bahwa kalian cba.

Google cba kalau kalian tidak tahu itu apa *wink

Sedikit side note, terkadang ada juga stase yang membedakan preskas dan lapkas (laporan kasus).

Lapkas sebenarnya sama seperti preskas namun tidak ada presentasi. Sehingga, koas cuma sampai di tahap konsultasi dan menyerahkan makalah ke perseptor.

Kemudian, kita masuk ke referat.

Referat kedokteran merupakan sebuah makalah yang kita kerjakan setelah mendapatkan topik dari perseptor. Referat juga merupakan tugas yang sangat dipengaruhi oleh “operan”.

Tergantung dari apa preferensi dari perseptor koas tersebut maka referat tersebut harus menyesuaikan dengan gaya penulisan tersebut.

Contoh, terdapat seorang perseptor yang senang sekali kalau referatnya 200 halaman (beliau akan langsung menjudge referat koas tersebut “kurang baik” kalau referatnya tidak sampai setebal ensiklopedia), ada juga yang hanya ingin referatnya kurang dari 20 halaman.

Sehingga, penting sekali untuk mengecek operan sebelum memulai referat.

Namun, secara general, referat dikerjakan setelah mendapat topik dari perseptor. Ada perseptor yang memberi topik secara luas seperti “Morbus Hansen” atau spesifik terhadap topik yang diinginkan seperti “Diagnosis dan tatalaksana Morbus Hansen”.

Setelah itu, koas akan mengerjakan referat sesuai dengan tema atau judul yang diberikan. Secara kasar, outline dari referat atau apa saja yang harus ada di dalam referat adalah sebagai berikut:

  • Pendahuluan
  • Definisi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Anatomi/Fisiologi/Histologi (apabila diperlukan)
  • Patofisiologi
  • Cara mendiagnosis: Anamnesis, pemeriksaan fisis, pemeriksaan penunjang
  • Diagnosis diferensial
  • Tatalaksana medikamentosa dan non-medikamentosa
  • Prognosis
  • Kesimpulan

Lagi-lagi, sebagian besar perseptor tidak membaca apa yang sudah ditulis (sekali lagi, tergantung operan). Bila mereka tidak membaca apa yang sudah diprint, maka semua akan sangat tergantung dengan pembawaan saat presentasi dan bagaimana cara menjawab pertanyaan saat presentasi.

Kemudian, tugas koas yang terakhir adalah jurding. Jurding merupakan salah satu tugas yang cukup jarang ditemukan dalam kiprah perkoasan namun masih jauh lebih sering ditemui ketimbang tugas-tugas lainnya yang tidak disebutkan dalam artikel ini.

Journal reading atau disingkat dengan jurding adalah sebuah proses memilih sebuah jurnal, mengkritisi secara akademis (critical appraisal), dan kemudian mempresentasikannya.

Apa saja yang harus ada di dalam critical apprisal? Basically, hal-hal dibawah ini:

  • Rangkuman dari jurnal tersebut
  • Kelemahan dan kelebihan jurnal tersebut
  • Critical appraisal sesuai dengan checklist yang sudah ada

Sekali lagi, tidak beda jauh dengan dua tugas yang telah disebutkan diatas, koas harus mencari jurnal dan harus disetujui oleh perseptor untuk dapat lanjut ke dalam tahap penulisan.

Untuk jurding, kelebihannya adalah kita tidak perlu menulis makalah, cukup powerpoint saja. Namun, permasalahannya adalah kebanyakan orang tidak merasa pede dengan jurding. Bagi mereka yang tidak mengerti tentang penelitian, biasanya mereka akan merasa “kurang mampu”.