Akibat Covid-19, Industri Pariwisata di Sultra Merugi

Sulawesi Tenggara (Sultra) mengaku mengalami kerugian akibat pengaruh wabah virus corona yang melanda sampai ke Sultra. Menurut Ketua Asita Sultra, Rahman Rahim, kerugian berikut akibat merosotnya konsumen yang memesan perjalanan wisata sultra dan banyaknya tour wisata yang dibatalkan.


Rahman mengatakan jenis-jenis perusahaan yang tergabung didalam ASITA diantaranya Biro Perjalanan Wisata (BPW), Agen perjalanan Wisata (APW), dan Meeting, Incentive, Convention, and Exhibition (MICE). Menurut Rahman seluruh jenis perusahaan mengalami kerugian bersama dengan mewabahnya Covid-19 di Sultra.


“Kalau untuk tiketing atau APW itu tetap berjalan namun jauh penting itu sudah sangat jatuh, sebab berdasarkan petunjuk presiden maupun gubernur untuk tidak bepergian ini dari segi tiket sangat jatuh sekali, saat ini okupansi kami tinggal 20 persen saja,” ungkapnya kala dihubungi melalui sambungan telfon, Selasa (24/3).


Hal yang mirip berjalan di perusahaan Biro Perjalanan Wisata (BPW) yang melayani perjalanan outbound atau wisatawan Sultra yang hendak nampak tempat ataupun luar negeri sedangkan inbound wisatawan luar yang hendak ke Sultra.

“Tetapi untuk Biro Perjalanan Wisata yang menyangkut tour outbound inbound, MICE maupun umrah nyaris serius 100 persen kami caos, sebab untuk tour outbound inbound sepenuhnya tercancel bersama dengan refund tiket,” jelasnya.


“Seperti outbound ataupun inbound yang mereka takutkan datang kesini tidak mampu balik atau terkena virus di bandara ataupun di pesawat. Sehingga banyak kekuatiran dan tercancel,” papar Rahman yang terhitung koordinator ASITA lokasi Sulawesi.


Hal yang lebih gawat berjalan di perusahaan yang bergerak di perhotelan atau Meeting, Incentive, Convention, and Exhibition (MICE). Penurunannya sampai 15 persen.

“Inikan rawan sekali di dunia industri pariwisata. Kalau dari segi kerugian nyaris 100 sampai 300 juta itu akumulasi sepanjang satu bulan kerugian kami di sektor industri pariwisata, mampu lebih terkecuali wabah ini terus-menerus, namun kami harapkan tidak,” tambahnya.


Untuk itu pihaknya menginginkan Kedatangan pemerintah untuk memperhatikan situasi pengusaha yang bergerak di sektor pariwisata. Ia sangat menginginkan ada dorongan atau insentif kepada pelaku bisnis Pariwisata.


“Stimulus atau insentif ini untuk kami selalu hidup, sepanjang ini kami taat membayar pajak, untuk itu kami sangat menginginkan peran pemerintah di situasi seperti ini,” harapnya.


Selain itu malah Rahman, menurutnya biasanya pelaku bisnis atau UMKM sektor pariwisata terjalin bersama dengan kredit Bank, tak hanya itu terhitung memiliki karyawan dan dirinya memiliki tanggung jawab terhadap karyawannya.


“Karyawan kami ini, mau dirumahkan atau diistirahatkan sejenak pembiayaan-pembiayaanya ini dapat muncul. Saat ini ya kami mau berbuat apa sebab Covid-19 ini regulasinya sudah skala nasional kami tidak mampu berbuat apa-apa,” pungkasnya.