Pengganti AGP untuk Ayam Broiler

Pengganti agp untuk ayam broiler. Penggunaan agp pada pakan pengganti buat ayam broiler bertujuan sebagai antibiotik yang disuntikkan pada ayam sehingga ayam bisa terhindar dari penyakit-penyakit yang berpotensi untuk menginfeksi ayam broiler.

Agp ini mengeksekusi ayam dengan cara kerja sebagai penekan stres, memproduksi amonia, mengurangi racun, mengurangi infeksi dan mengoptimalkan penyerapan nutrisi dari pakan ke dinding usus.

Jenis AGP yang sering digunakan oleh petani di Indonesia seperti seng bacitracin, spiramycin, virginiamycin, bambermycin, tylosin phosphate, avilamycin, dan enramycin.

Bagi para peternak ayam broiler merupakan suatu tantangan besar untuk menghadapi beragam penyakit yang dapat menyerang unggas baik penyakit akut maupun kronis. Dengan hal ini bisa menyebabkan kerugian ekonomi yang besar bagi para peternak.

Selain itu tidak semua vaksin tersedia untuk mencegah penyakit menular pada ayam. Didukung pula dengan perubahan cuaca yang ekstrem di Indonesia tanpa bisa ditebak perubahannya, bisa menyebabkan kerugian yang lebih besar lagi.

Kehadiran mikotoksin dalam jagung lokal sebagai bahan pakan utama untuk ayam di Indonesia juga menjadi masalah, penerapan biosecurity tidak maksimal di peternakan masyarakat.

Dengan faktor-faktor di atas menjadikan AGP sebagai solusi untuk mengatasi hambatan yang ada sehingga peternak masih bisa menghasilkan ayam yang dipanen dengan berat maksimum hingga tiga kilo per ekor dengan masa pemeliharaan 42 hari.

Pengertian AGP

AGP atau Antibiotic Growth Promoter merupakan antibiotik imbuhan pakan atau antibiotik yang diberikan untuk meminimalisir bakteri merugikan saluran pencernaan agar mendapatkan bobot badan serta rasio konversi yang lebih baik.

AGP diberikan pada unggas dengan dosis sub-terapeutik atau di bawah dosis normal untuk terapi. Karena pada dasarnya AGP sendiri adalah kepala bakteri pada permukaan saluran pencernaan.

Pemberian AGP dengan dosis sub-terapeutik diharapkan tidak terdistribusi jauh hingga ke dalam organ dan tidak meninggalkan residu pada daging dan telur saat dipanen.

Kelarutan pada jenis antibiotik juga berpengaruh terhadap distribusi obat di dalam tubuh. Contohnya AGP dengan jenis Flavomisin yang larut air dan polar menyebabkan pemberian dengan dosis tinggi tidak diserap tubuh dan memerlukan waktu henti untuk residu.

Berbeda dengan jenis Oksitetrasiklin yang larut pada lemak dan tidak polar, sehingga pemberian dengan dosis rendah tetap bisa diserap dengan baik oleh tubuh dan memerlukan waktu henti agar residu bisa hilang.

Larangan Penggunaan AGP Pada Peternakan

Namun pemberian AGP pada ternak di Indonesia secara resmi sudah dilarang. Larangan penggunaan AGP ini karena adanya alasan risiko tinggi yang timbul yaitu timbulnya kembali penyakit.

Setelah dilakukan pemantauan dan evaluasi, penggunaan antibiotik dalam pakan dapat meningkatkan resistensi antibiotik pada hewan dan manusia sehingga memicu mutasi genetik penyakit menular yang bisa berakibat penurunan efektivitas dan produktivitas.

Dengan adanya pelarangan penggunaan AGP ini, belum ditemukan solusi sebagai penyelesaian dari penurunan produksi ayam pedaging. Penyakit yang sedang marak dirasakan para peternak adalah penyakit 90-40 yaitu penurunan produktivitas ayam dari 90% menjadi 40%.

Penggunaan Agp untuk Ayam Broiler

Golongan AntibiotikPersentase Pemakaian pada ManusiaPersentase Pemakaian pada Hewan
Penisilin44%6%
Sefalosporin15%1%
Sulfonamida14%3%
Quinolon9%>1%
Makrolida5%4%
Tetrasiklin4%41%
Lonofor0%30%

Di negara-negara Eropa telah melarang penggunaan semua antibiotik yang ditujukan sebagai Growth Promoter baik untuk penggunaan manusia atau hewan. Artinya penggunaan AGP seperti Flavomisin juga dilarang untuk digunakan.

Namun jenis-jenis tertentu seperti Lonofor, Monensin, Salimonisin, Lasalocid menjadi beberapa jenis antibiotik yang ditujukan untuk mengatasi koksidia dan diperbolehkan sebagai pencegahan koksida pada unggas, namun penggunaannya pada ruminansia dilarang karena tujuannya sebagai AGP.

Pengganti Agp untuk Ayam Broiler

penggantii agp untuk ayam broiler
Sanitasi kandang ayam sebagai upaya pengendalian hama dan penyakit.

Pencegahan dan pengendalian hama dan penyakit dengan dilakukan secara baik akan menjadi upaya untuk menekan tingkat kematian yang menjadi permasalahan bagi peternak.

Prinsip yang bisa diberlakukan sebagai upayanya yaitu dengan sanitasi, biosecurity kadang dan vaksinasi dengan terjadwal dan rutin. Karena hal yang paling mempengaruhi penyakit adalah kesehatan hewan ternak, lingkungan dan agen penyakit.

Dengan hewan ternak yang memiliki kondisi yang prima, bisa menjadi suatu langkah yang baik untuk mengawali pemberhentian penggunaan AGP sebagai suplemen.

Jika unggas yang diternakkan bisa baik tanpa adanya bantuan AGP, maka seiring berjalannya waktu penggunaan AGP bisa diminimalisir bahkan digantikan.

Alternatif yang bisa dijadikan pengganti AGP ada berbagai macam jenis, seperti enzim, asam organik (seperti asam formiat, asam butirat, asam laktat), bioaktif tanaman atau herbal (zat aktif atau metabolit sekunder), Probiotik, Prebiotik, dan sibiotik.

Pada dasarnya, AGP sangat diperlukan untuk unggas, namun karena dampak negatifnya terhadap manusia penggunaan antibiotik hendaknya dikembali fungsikan sebagai terapeutik.

Penggunaan antibiotik pada hewan hendaknya memerlukan pengawasan oleh dokter hewan, karena pada prinsipnya kasus resistensi disebabkan karena pemberian antibiotik yang tidak tepat sasaran.

Pengetahuan mengenai antibiotik oleh tenaga medis dan peternak juga harus diperdalam, sehingga ketika menangani atau menghadapi kasus bisa memberikan antibiotik secara akurat, tepat sasaran dan resistensi silang bisa ditekan.