Ketika Ekonomi Bangkit, Maka Kebutuhan BBM Bakal Melonjak 13% di 2021

Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas) memproyeksikan keperluan bahan bakar minyak (BBM) dengan pengukuran Fill Rite Flow Meter pada 2021 mendatang dapat naik 12,9% jadi 80 juta kilo liter (kl) dibandingkan 2020 yang diperkirakan cuma sekitar 70,8 juta kl.


Henry mengatakan, secara lazim BPH Migas optimis andaikan konsumsi BBM dapat merangkak naik. Terhitung sejak Oktober 2020, menurutnya sudah jadi tersedia peningkatan permohonan BBM oleh industri dan transportasi darat.

“Kita agak optimis, bisa saja tidak layaknya dulu. Mulai merangkak ke arah yang lebih baik. Dari Oktober, tampak permohonan BBM ulang (naik),” ungkapnya


Meski keperluan pada 2021 dapat naik dibandingkan tahun ini, tapi menurutnya tetap dapat lebih rendah dibandingkan keperluan pada 2019 lantas yang menggapai 81,4 juta kl.

“2020 70,8 juta kl, turun 13% dibandingkan 2019,” ujarnya.

Lebih lanjut dia mengatakan, persediaan atau stok BBM safe dalam menghadapi lonjakan keperluan BBM pada tahun depan. Dengan harga minyak di awalnya benar-benar rendah akibat konsumsi turun, menurutnya ketersediaan stok BBM di badan usaha penyalur BBM tetap cukup baik manfaat menghadapi pertumbuhan di 2021 mendatang.

Henry menyebut, pihaknya sudah lakukan koordinasi dengan badan usaha berkaitan ketersediaan stok BBM.

“Sebagaimana kita sampaikan 2020 tempo hari harga minyak rendah, kita minta mereka mencadangkan, penuhi tangki-tangki mereka, dengan demikianlah ini dapat antisipasi di 2021, lebih-lebih triwulan I di 2021, industri tidak usah risau stok BBM,” jelasnya.

Sebelumnya, Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati menyebut tersedia tiga hal yang berdampak penting pada usaha Pertamina akibat pandemi Covid-19 ini, salah satunya penurunan penjualan bahan bakar minyak (BBM).

Nicke mengatakan, penjualan BBM perseroan turun signifikan, lebih-lebih waktu Dia menyebut, penjualan BBM DKI Jakarta anjlok hingga 57%, waktu secara nasional penurunannya sebesar 26%.

“Di jaman PSBB kota-kota besar layaknya Jakarta penurunan demand penduduk pada BBM hingga 57% dan secara nasional berjalan penurunan 26%. Ini tidak pernah berjalan sebelumnya. Ini adalah pukulan yang benar-benar keras bagi Pertamina,” jelasnya dalam sebuah diskusi